TENTANG POLITIK
Oleh : Mao Zedong
DALAM keadaan kampanye anti-Komunis memuncak sekarang ini, politik kita mempunyai arti yang menentukan. Tetapi di kalangan kader kita, masih banyak yang tidak mengerti, bahwa politik Partai dewasa ini harus sangat berbeda dengan politik Partai pada masa Revolusi Agraria. Harus diketahui, bahwa selama masa Perang Melawan Agresi Jepang, baik dalam keadaan apapun, politik Partai kita yang berupa front persatuan nasional melawan agresi Jepang itu tetap tidak akan berubah, bahwa banyak politik dalam masa sepuluh tahun Revolusi Agraria dulu jangan dipakai begitu saja sekarang. Lebih2 banyak politik yang terlalu kiri pada masa akhir Revolusi Agraria--karena tidak tahu bahwa revolusi Tiongkok mengandung dua ciri pokok, yakni sebagai suatu revolusi borjuis demokratis di negeri setengah jajahan dan bersifat jangka panjang--bukan saja tidak dapat dipakai semuanya pada masa melawan agresi Jepang sekarang ini, malah salah juga pada waktu itu. Politik2 itu meliputi yang berikut misalnya: "pengepungan dan pembasmian" yang kelima kali dari Kuomintang dan perjuangan kontra "pengepungan dan pembasmian" dari kita yang kelima kali itu dinamakan perang yang menentukan antara garis revolusioner dengan garis kontra-revolusioner; pembasmian borjuasi dan tani kaya dari segi ekonomi (memperlakukan borjuasi dengan politik perburuhan dan politik pajak yang terlalu kiri, membagikan tanah yang buruk kepada tani kaya); pembasmian tuan tanah dari segi jasmani (tidak membagikan tanah kepada mereka); terhantamnya kaum intelek; penyelewengan "Kiri" dalam memberantas anasir kontra-revolusioner; monopoli anggota Komunis dalam seluruh pekerjaan pemerintahan; haluan Komunis untuk pendidikan rakyat; politik militer yang terlalu kiri (menyerang kota besar dan menolak perang gerilya); politik avontur dalam pekerjaan di daerah Putih dan politik main hantam di lapangan organisasi dalam Partai; dan lain2. Politik yang terlalu kiri ini merupakan kesalahan oportunisme "Kiri", persis kebalikan dengan oportunisme Kanan dibawah pimpinan Tjen Tu-siu pada masa akhir Revolusi Besar Pertama. Pada masa akhir Revolusi Besar Pertama, politik yang dipakai ialah bersatu dalam segala2nya dan menyangkal perjuangan; sedangkan pada masa akhir Revolusi Agraria, politik yang dipakai ialah berjuang dalam segala2nya dan menyangkal persatuan (kecuali dengan massa tani yang pokok); inilah contoh yang sangat menonjol yang memperlihatkan dua macam politik ekstrimis. Kedua politik ekstrimis ini mengakibatkan Partai dan revolusi menanggung kerugian yang besar sekali.
Politik front persatuan nasional melawan agresi Jepang sekarang ini bukanlah bersatu dalam segala2nya dan menyangkal perjuangan, juga bukanlah berjuang dalam segala2nya dan menyangkal persatuan, melainkan memadu persatuan dengan perjuangan. Konkritnya, politik itu sebagai berikut:
Segenap rakyat yang melawan agresi Jepang itu bersatu (atau segenap buruh, petani, prajurit, pelajar dan pedagang yang melawan agresi Jepang itu bersatu) untuk menggalang front persatuan nasional melawan agresi Jepang.
Politik merdeka dan bebas dalam front persatuan--harus bersatu, tetapi harus merdeka pula.
Dilapangan strategi militer, politik ini berarti perang gerilya yang merdeka dan bebas dibawah kesatuan strategi; pokoknja perang gerilya, tetapi perang mobil tidak diabaikan juga jika keadaan menguntungkan.
Dalam perjuangan menentang golongan kepala batu yang anti-Komunis, kita mempergunakan pertentangan, menarik jumlah yang terbesar, menentang jumlah yang terkecil, menghantjurkan lawan satu demi satu; kita harus beralasan, beruntung dan berbatas.
di daerah pendudukan musuh dan di daerah kekuasaan Kuomintang, politik kita ialah, pada satu pihak, pekerjaan front persatuan dikembangkan. sedapat2nja, pada lain pihak, bersembunji lagi berefisiensi; dalam hal organisasi dan perjuangan, kita memakai politik: bersembunji lagi berefisiensi, bekerja dibawah tanah dalam waktu yang panjang, menimbun kekuatan, menunggu kesempatan.
Mengenai hubungan antara berbagai klas dalam negeri, politik pokok kita ialah, mengembangkan kekuatan progresif, menarik kekuatan menengah, memencilkan kekuatan kepala batu yang anti-Komunis.
Dalam menghadapi golongan kepala batu yang anti-Komunis, kita memakai politik mendua yang revolusioner, yakni politik bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Jepang, dan memencilkan mereka apabila mereka keras2 menentang Komunis. Dalam melawan agresi Jepang, golongan kepala batu mendua pula sifatnya; kita memakai politik bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Jepang, tetapi kita memakai politik menentang dan memencilkan mereka apabila mereka guncang (misalnya diam2 bersekongkol dengan agresor Jepang, tidak aktif melawan Wang Tjing-wéi dan pengkhianat yang lain2). Dalam menentang Komunis, golongan kepala batu mendua juga sifatnya. Maka politik kita harus juga mendua sifatnya, yakni kita memakai politik bersatu dengan mereka apabila mereka belum hendak mematahkan sama sekali tali kerja sama Kuomintang-Komunis, tetapi kita memakai politik menentang dan memencilkan mereka apabila mereka menjalankan politik penindasan yang se-wenang2 dan mengadakan serangan militer terhadap Partai kita dan rakyat. Golongan yang mendua sifatnya ini harus diperbedakan dengan kaum pengkhianat dan kaum pro-Jepang.
Malah di kalangan kaum pengkhianat dan kaum pro-Jepang itu, ada juga anasir yang mendua sifatnya, yang harus kita hadapi dengan politik mendua juga yang bersifat revolusioner. Ini berarti, kita memakai politik menghantam dan memencilkan mereka apabila mereka pro-Jepang, dan memakai politik menarik dan merebut mereka apabila mereka guncang. Anasir yang mendua sifatnya ini harus diperbedakan dengan pengkhianat yang tegas, seperti Wang Tjing-wéi,1) Wang Ji-tang2) dan Se Ju-san.3)
Pada satu pihak, tuan, tanah besar dan borjuasi besar yang pro-Jepang dan menentang perlawanan terhadap agresi Jepang itu harus diperbedakan dengan tuan tanah besar dan borjuasi besar yang pro-lnggeris-Amerika dan yang setudju dengan perlawanan terhadap agresi Jepang; pada lain pihak, tuan tanah besar dan borjuasi besar yang mendua sifatnya, yang setudju dengan perlawanan terhadap agresi Jepang tetapi guncang, setudju dengan persatuan tetapi menentang Komunis itu harus diperbedakan pula dengan golongan yang lebih kurang sifat menduanja, seperti borjuasi nasional, tuan tanah yang sedang dan kecil, sense progresif.4) Berdasarkan perbedaan inilah politik kita disusun. Berbagai macam politik tersebut semuanya berdasarkan perbedaan dalam hubungan klas itu.
Demikian juga terhadap imperialis. Meskipun Partai Komunis menentang imperialis manapun, tetapi, pada satu pihak, imperialis Jepang yang sedang menyerang Tiongkok itu harus diperbedakan dengan imperialis yang lain2 yang sekarang tidak menyerang Tiongkok; pada lain pihak, imperialis Jerman dan Italia yang bersekutu dengan Jepang dan mengakui "Mantjoukuo" itu harus diperbedakan pula dengan imperialis Inggeris dan Amerika yang bertentangan dengan Jepang. Lagi pula, Inggeris dan Amerika yang dulu menganut politik Munchen di Timur Djauh sehingga merugikan perlawanan Tiongkok terhadap agresi Jepang itu, harus diperbedakan dengan Inggeris dan Amerika yang sekarang melepaskan politik tadi dan mengubah pendiriannja dengan menyokong perlawanan Tiongkok terhadap agresi Jepang. Prinsip taktik kita tetaplah mempergunakan pertentangan, menarik jumlah yang terbesar, menentang jumlah yang terkecil, menghantjurkan lawan satu demi satu. Dalam hal politik luar negeri, kita berbeda dengan Kuomintang. Bagi Kuomintang, "musuh hanya satu, yang lain semuanya teman"; pada lahirnya, ia memperlakukan semua negeri sama rata kecuali Jepang, sebenarnya ia pro-lnggeris dan pro Amerika. Bagi kita, harus tampak perbedaannya: pertama, Soviet Uni berbeda dengan negeri2 kapitalis; kedua, Inggeris dan Amerika berbeda dengan Jerman dan Italia; ketiga, rakyat Inggeris dan Amerika berbeda dengan pemerintah imperialis Inggeris dan Amerika; keempat, politik Inggeris-Amerika pada masa Munchen di Timur Djauh berbeda dengan politik mereka dewasa ini. Berdasarkan perbedaan inilah politik kita disusun. Garis asasi kita berbeda dengan garis asasi Kuomintang: kita menggunakan bantuan luar sedapat2nya dengan berpegang keras pada prinsip berperang dengan merdeka dan hidup atas usaha sendiri, tidak seperti Kuomintang yang bergantung pada bantuan luar dan bernaung dibawah blok imperialis manapun dengan melepaskan prinsip itu.
Banyak kader di dalam Partai berpandangan berat sebelah mengenai soal taktik sehingga menyeleweng kekiri atau kanan. Itu hanya dapat diatasi apabila mereka diharuskan mengerti perubahan dan perkembangan politik Partai dahulu dan sekarang secara lengkap dan sistematis. Pada dewasa ini, bahaja yang utama yang mengatjau dalam Partai tetap ialah pandangan terlalu kiri. di daerah kekuasaan Kuomintang, banyak orang tidak dapat dengan sungguh2 menjalankan politik2 bersembunji lagi berefisiensi, bekerja dibawah tanah dalam waktu yang panjang, menimbun kekuatan, menunggu kesempatan, karena politik anti-Komunis daripada Kuomintang itu dipandang mereka tidak hebat; disamping itu, ada pula banyak orang yang tidak dapat menjalankan politik mengembangkan pekerjaan front persatuan, karena Kuomintang dipandang mereka busuk seluruhnja begitu saja, sehingga mereka kehilangan akal sama sekali. Keadaan demikian terdapat juga di daerah pendudukan Jepang.
Pandangan kanan yang dulu pernah berpengaruh sehebat-hebatnya di daerah kekuasaan Kuomintang dan diberbagai daerah basis anti agresi Jepang, sekarang sudah diatasi pada pokoknja. Pandangan itu sebagai berikut: karena hanya tahu bersatu tetapi tidak tahu berjuang, dan karena terlampau tinggi menilai ketegasan Kuomintang melawan agresi Jepang, maka telah mengaburkan perbedaan prinsipiil antara Kuomintang dengan Partai Komunis, menyangkal politik merdeka dan bebas dalam front persatuan, me-nurut2i tuan tanah besar dan borjuasi besar, menurut-nuruti Kuomintang, sehingga mau mengikat tangan sendiri, tidak berani leluasa mengembangkan kekuatan revolusioner yang melawan agresi Jepang dan tidak berani tegas2 melawan politik Kuomintang yang menentang dan membatasi Komunis itu. Tetapi, sejak musim dingin tahun 1939, disana sini telah terdjadi penyelewengan terlalu kiri yang disebabkan karena Kuomintang mengadakan pergeseran anti-Komunis dan kita mengadakan perjuangan membela diri. Meskipun penyelewengan ini ada dibetulkan, tetapi masih belum seluruhnja, dan masih tampak dalam politik2 yang konkrit di banyak tempat. Maka, mempelajari dan menyelesaikan politik2 yang konkrit itu sangat perlu sekarang.
Tentang politik2 yang konkrit itu, telah ber-turut2 diberikan petunjuk oleh Central Comite, disini hanya beberapa saja yang kita tunjukkan dalam garis besar.
MENGENAI SUSUNAN KEKUASAAN POLITIK. Harus tegas dijalankan "sistem tiga tiga" -- orang Komunis hanya merupakan sepertiga dari jumlah anggota dalam badan kekuasaan politik, untuk menarik orang bukan Komunis yang besar jumlahnya itu duduk di dalamnya. Di-daerah2 seperti bagian utara Propinsi Tjiangsu yang baru mulai ditegakkan kekuasaan politik demokratis anti agresi Jepang, jumlah orang Komunis yang duduk dalam kekuasaan politik malah boleh kurang daripada sepertiga. Wakil borjuasi kecil, borjuasi nasional dan sense progresif, yang semuanya tidak giat anti-Komunis itu harus ditarik ke dalam badan2 pemerintahan maupun dalam badan2 perwakilan rakyat; orang Kuomintang yang tidak anti-Komunis itu harus diperkenankan duduk di dalamnya. Boleh juga diperkenankan sejumlah kecil anasir kanan duduk dalam badan perwakilan rakyat. Jangan sekali2 sampai Partai kita memborong segala sesuatu. Kita hanya merusakkan kediktatoran borjuasi komprador besar dan tuan tanah besar, dan bukan menggantinya dengan kediktatoran satu partai dari Partai Komunis.
MENGENAI POLITIK PERBURUHAN. Kegiatan buruh melawan agresi Jepang dapat dibangkitkan hanya apabila penghidupan mereka diperbaiki. Tetapi penyelewengan terlalu kiri harus dielakkan; jangan terlampau banyak menambah upah dan mengurangkan jam kerja. Dalam keadaan Tiongkok sekarang, sistem kerja delapan jam masih sukar diratakan. Dalam cabang produksi yang tertentu, sistem kerja sepuluh jam masih harus diijinkan. Untuk cabang produksi yang lain2, jam kerja harus ditentukan sesuai dengan keadaannya. Sesudah diikat kontrak antara buruh dan majikan, buruh harus mentaati disiplin kerja dan harus memungkinkan si kapitalis memperoleh keuntungan. Kalau tidak, pabrik akan gulung tikar, dan ini bukan saja tidak menguntungkan usaha melawan agresi Jepang, malah mencelakakan buruh sendiri juga. Lebih2 jangan kita ajukan tuntutan yang terlampau tinggi dalam memperbaiki penghidupan dan menaikkan upah kaum buruh didesa, kalau tidak, petani akan keberatan, buruh akan menganggur dan produksi akan merosot.
MENGENAI POLITIK AGRARIA. Harus diterangkan kepada anggota Partai dan petani, bahwa sekarang bukanlah waktu menjalankan revolusi agraria sampai urat akarnya, dan cara yang dipakai pada masa Revolusi Agraria dahulu tidak dapat dipakai lagi sekarang. Politik sekarang ialah, pada satu pihak, tuan tanah diharuskan menurunkan sewa tanah dan bunga, dengan demikian barulah kegiatan massa tani yang pokok untuk melawan agresi Jepang dapat dibangkitkan, tetapi penurunan itu jangan terlampau banyak juga. Pemungutan sewa tanah pada umumnja berdasarkan prinsip menurunkan sewa tanah 25%. Apabila massa menuntut persentase itu dinaikkan, boleh diambil perbandingan 60% atau 70% untuk petani sedangkan 40% atau 30% itu untuk tuan tanah, tetapi batas ini jangan dilampaui. Penurunan bunga itu jangan sampai memustahilkan pelaksanaan utang-piutang dalam masyarakat. Pada lain pihak, petani diharuskan membajar sewa tanah dan bunga, sedangkan tuan tanah tetap memiliki tanahnya dan harta bendanja yang lain. Janganlah bunga diturunkan sampai petani tidak mungkin mendapat pinjaman, janganlah utang petani yang lama itu dibereskan sampai tanahnya yang digadaikan kepada tuan tanah itu diambil kembali dengan cuma2.
MENGENAI POLITIK PAJAK. Pajak harus dibajar menurut penghasilan. Selain orang yang paling miskin yang harus dibebaskan dari pajak, semua rakyat yang mempunyai penghasilan, yakni lebih dari 80% penduduk termasuk buruh dan petani, harus memikul pajak negara. Beban itu tidak patut dipikulkan seluruhnja kepada tuan tanah dan kapitalis. Cara menjamin perbekalan tentara dengan menangkapi orang dan mendendanja itu harus dilarang. Tentang cara memungut pajak itu, sebelum kita menetapkan cara yang baru yang lebih cocok, cara lama daripada Kuomintang boleh dipakai dengan disertai perbaikan yang selayaknya.
MENGENAI POLITIK MEMBERANTAS AGEN MUSUH. Harus tegas ditindas pengkhianat dan anasir anti-Komunis yang keras kepala. Kalau tidak demikian, kekuatan revolusioner yang melawan agresi Jepang tidak dapat dibela. Tetapi, jangan se-kali2 terlampau banyak membunuh orang, jangan se-kali2 sampai kena orang yang tidak bersalah. Harus bermurah hati dalam memperlakukan anasir yang guncang di kalangan kaum reaksioner dan anasir yang mengikuti kaum reaksioner karena terantjam itu. Dalam memperlakukan pendjahat siapa saja, hukuman siksa harus dihapuskan dengan tegas; yang diutamakan ialah bukti dan jangan pertjaja begitu saja kepada pengakuan. Harus dipakai politik melepaskan semua tawanan dari tentara musuh, tentara boneka dan tentara anti-Komunis, kecuali orang yang sangat dikutuki massa, yang mesti dijatuhi hukuman mati dengan persetudjuan pihak atasan pula. Dari tawanan itu, harus ditarik sebanyak2nya orang yang sedikit banyak bersifat revolusioner, yang masuk tentara reaksioner karena terpaksa, supaya bekerja dalam tentara kita, sedangkan yang lain-lainnya dilepaskan semua. Apabila mereka tertawan lagi, dilepaskan lagi; janganlah mereka dihina, janganlah uang dan barang mereka diambil dan janganlah mereka disuruh mengaku salah, melainkan harus diperlakukan dengan tulus ikhlas dan ramah-tamah semuanya. Politik ini harus dipakai dalam memperlakukan mereka, biar betapa reaksioner mereka itu. Ini sangat berguna akan memencilkan kubu reaksioner. Kepada pengkhianat Partai, kecuali yang sangat terkukuk kejahatannya, hendaknya diberikan kesernpatan untuk membarui dirinja, dengan syarat dia tidak akan menentang Komunis lagi. Kalau dia bisa kembali mengikuti revolusi, dia masih boleh diterima, tetapi tidak diperkenankan masuk Partai lagi. Janganlah orang informasi Kuomintang yang biasa itu disamakan dengan mata2 Jepang dan pengkhianat, melainkan harus diperbedakan sifat kedua-duanya itu dan diperlakukan berlain2an. Keadaan kacau-balau seperti instansi atau organisasi mana saja boleh menangkap orang itu harus dilenjapkan; untuk menegakkan ketertiban revolusioner supaya melawan agresi Jepang, harus ditentukan, bahwa hanya instansi kehakiman dan instansi keamanan pemerintah saja yang berhak menangkap pendjahat, sedangkan tentara hanya berhak demikian dalam waktu perang saja.
MENGENAI HAK RAKYAT. Harus ditetapkan, bahwa semua tuan tanah dan kapitalis yang tidak menentang perlawanan terhadap agresi Jepang itu, sama dengan buruh dan petani mempunyai kebebasan pribadi, berhak atas harta bendanja, berhak memilih, mempunyai kebebasan berbicara, bersidang, mendirikan perkumpulan, berpikir dan menganut kepercayaan. Pemerintah hanya mengawasi anasir yang mengadakan sabot dan pemberontakan di daerah basis kita, sedangkan yang lain dilindungi semuanya, tidak diganggu.
MENGENAI POLITIK EKONOMI. Industri, pertanian dan perdagangan harus dikembangkan dengan giat. Kaum kapitalis daerah2 lain yang bersedia membuka perusahaan industri di daerah basis anti agresi Jepang ini harus ditarik. Perusahaan partikelir itu harus diberikan dorongan, sedang perusahaan negara hendaknya dipandang sebagai sebagian saja dari segenap perusahaan. Semua ini dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan kita atas usaha sendiri. Perusahaan apa saja yang berguna itu harus didjaga jangan sampai mengalami kerusakan. Politik bea dan politik moneter harus sesuai dan bukan berlawanan dengan garis pokok tentang pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Menyusun ekonomi diberbagai daerah basis dengan sungguh2, teliti dan bukan dengan sembarangan, supaya mencukupi kebutuhan kita atas usaha sendiri - inilah mata rantai pokok untuk mempertahankan daerah basis dalam jangka panjang.
MENGENAI POLITIK KEBUDAJAAN DAN PENDIDIKAN. Pokoknja ialah, rasa harga diri nasional di kalangan massa rakyat, serta pengetahuan dan ketjakapan mereka melawan agresi Jepang, harus ditingkatkan dan diratakan. Ahli pendidikan, pekerja kebudajaan, wartawan, sarjana dan ahli tehnik yang liberal dari kalangan borjuasi harus diperkenankan datang kedaerah basis untuk bekerja sama dengan kita, membuka sekolah, menerbitkan surat kabar dan menjalankan pekerjaan yang lain2. Semua anasir intelek yang agak aktif melawan Jepang harus ditarik masuk sekolah kita, diberikan latihan dalam jangka pendek, lalu disuruh turut dalam pekerjaan tentara, pemerintah dan sosial; mereka harus diterima dengan tidak segan2, diberikan tugas dan diangkat dengan tidak segan2. Jangan takut ini takut itu, atau takut anasir reaksioner akan menyelundup. Dengan tak terelakkan beberapa anasir semacam itu akan menyelundup, tetapi ada cukup waktu untuk menyikat mereka dalam proses pelajaran dan pekerjaan. Di setiap daerah basis, harus didirikan percetakan, diterbitkan buku dan surat kabar, didirikan instansi pembagi dan pengantar. di setiap daerah basis, sedapat mungkin harus dibuka sekolah kader yang besar2, makin besar dan banyak, makin baik.
MENGENAI POLITIK MILITER. Tentara Route Ke-8 dan Tentara Ke-4 Baru harus diperkembang sedapat2nya, karena kedua2 ini adalah kekuatan bersenjata rakyat Tiongkok yang paling boleh dipercayai dalam mengkonsekwenkan perlawanan nasional terhadap agresi Jepang. Terhadap tentara Kuomintang, kita harus tetap mengambil politik "jika kita tidak diserang, kita tidak akan menyerang", dan sedapat2nya berusaha bersahabat dengan mereka. Opsir2 Kuomintang dan Opsir2 tak berpartai yang bersimpati kepada kita itu harus ditarik sedapat mungkin ke dalam Tentara Route Ke-8 dan Tentara Ke-4 Baru, untuk memperkuat pembangunan tentara kita. Keadaan anggota Komunis menguasai segala2nya dalam tentara kita dengan jumlah yang terbanyak, harus diubah juga sekarang. Tentu, "sistem tiga tiga" tidak harus dipraktekkan dalam induk tentara kita, tetapi, asal hegemoni tentara tetap dipegang oleh Partai kita (ini tetap perlu, tidak boleh dilanggar), tak usahlah kita takut menarik simpatisan itu sebanyak2nya untuk turut serta dalam pembangunan tentara dilapangan militer dan tehnik. Pada dewasa ini, dasar Partai dan tentara kita dilapangan ideologi dan organisasi sudah terletak sekokoh-kokohnya, maka usaha menarik simpatisan (tentu bukan penyabot) sebanyak2nya itu bukan saja tidak berbahaya, malah tidak dapat ditiadakan untuk memperoleh simpati seluruh rakyat dari memperluas kekuatan revolusioner. Itulah sebabnya mengapa politik ini politik yang perlu.
Berbagai prinsip taktik dalam front persatuan dan politik2 konkrit yang ditetapkan berdasarkan prinsip ini sebagaimana yang dinyatakan tadi, harus dipraktekkan setegas-tegasnya oleh seluruh Partai. Oleh karena pada saat sekarang ini, agresor Jepang memperhebat agresinja terhadap Tiongkok, tuan tanah besar dan borjuasi besar dalam negeri menjalankan politik penindasan yang se-wenang2 dan melancarkan serangan militer yang semuanya anti-Komunis dan antirakyat, maka hanya dergan mempraktekkan prinsip2 taktik dan politik2 konkrit sebagai tersebut diatas barulah dapat kita mengkonsekwenkan perlawanan terhadap agresi Jepang, mengembangkan front persatuan, mentjapai simpati rakyat seluruh negeri dan mendatangkan perubahan situasi yang menguntungkan. Tetapi, dalam membetulkan kesalahan, kita harus bertindak selangkah demi selangkah, tidak boleh terlalu tergesa2, sehingga mengakibatkan hal2 yang tidak baik seperti: kader tidak senang, massa curiga, tuan tanah melancarkan serangan balas dan lain2.
Catatan:
1) Seorang kepala golongan pro-Jepang dalam Kuomintang. Sejak tahun 1931 ia selalu menganjurkan kompromi dengan imperialis Jepang. Pada bulan Desember 1938, ia meninggalkan Tjungtjing dan menyerah kepada agresor Jepang, dan kemudian membentuk pemerintah boneka di Nantjing.
2) Seorang birokrat besar dalam jaman Raja Perang Utara, juga seorang pengkhianat pro-Jepang. Ia dipakai oleh Tjiang Kai-sék sesudah Peristiwa Tiongkok Utara pada tahun 1935. Pada tahun 1938, ia menjadi boneka agresor Jepang di Tiongkok Utara dan dijadikan ketua "Komite Administrasi Tiongkok Utara".
3) Seorang bunglon di kalangan raja perang Kuomintang. Sesudah Perang Melawan Agresi Jepang meletus, ia menjadi panglima Grup Tentara Ke-10 Kuomintang dan bersekutu terutamanja dengan tentara Jepang di bagian selatan Propinsi Hepéi untuk menyerang Tentara Route Ke-8, merusakkan kekuasaan politik demokratis anti agresi Jepang, membunuh anggota2 Komunis dan orang2 progresif.
4) Sen ialah ikat pinggang yang dipakai oleh pamong praja pada jaman dulu, arti kiasannya orang yang pernah menjadi pamong praja; se ialah ningrat kecil yang tidak menjadi pamong praja dalam masyarakat feodal, arti kiasannja orang yang tahu baca. Dari itu, golongan klas berkuasa yang tidak duduk dalam pemerintah biasanya dinamakan sense. Sense progresif dimaksudkan sebagai golongan sense yang condong kepada perlawanan terhadap agresi Jepang.
Buku ini diterjemahkan menurut Pilihan Tulisan Mao Tje-tung jilid II dalam bahasa Tiongkok yang diterbitkan pada bulan Agustus 1952 oleh Pustaka Rakyat, Peking. [PENERBIT]. Dicetak di Republik Rakyat Tiongkok. Ini adalah sebuah petunjuk dalam Partai yang ditulis oleh Kawan Mao Tje-tung pada tanggal 25 Desember 1940 atas nama Central Comite Partai Komunis Tiongkok.
Panitia Penerbit Pilihan Tulisan Mao Tje-tung Central Comite Partai Komunis Tiongkok (PUSTAKA BAHASA ASING PEKING 1956)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar